
Memilih sepatu
olahraga yang tepat merupakan hal yang penting dilakukan sebelum berolahraga, bukan hanya soal merek
populer atau desain stylish tapi juga bagaimana sepatu tersebut bekerja untuk menjaga
postur, menyerap benturan, dan mengurangi risiko cedera saat bergerak. Setiap
langkah saat berlari, melompat, atau berolahraga intens memberikan tekanan pada
sendi dan otot, dan sepatu yang tepat berperan penting dalam menyerap dampak
tersebut.
Sepatu yang kurang sesuai
bisa berakibat serius, seperti rasa pegal, lecet, bahkan cedera kronis pada
tumit, lutut, hingga punggung bawah . Karena itu, dalam artikel ini akan
diuraikan tujuh langkah sistematis mulai dari analisis jenis olahraga yang kamu
jalani, pengecekan fit dan ukuran ideal, hingga pemilihan bahan, bantalan, dan
fitur pendukung. Dengan begitu, Anda akan semakin paham bagaimana menempatkan
fungsi dan keamanan di atas sekadar tampilan demi perlindungan maksimal dan
performa optimal.
1.
Identifikasi
Jenis Olahraga yang Dilakukan
Langkah pertama adalah
menyesuaikan pilihan sepatu dengan jenis olahraga yang
Anda jalani. Setiap aktivitas mulai dari lari, jalan cepat, angkat beban,
hingga olahraga di lapangan seperti basket atau tenis memiliki tuntutan gerakan
dan tekanan yang berbeda. Sebagai contoh, sepatu lari jalanan didesain khusus
dengan bantalan untuk menyerap benturan berulang pada permukaan keras seperti
trotoar atau lintasan aspal. Sedangkan sepatu untuk olahraga di lapangan membutuhkan stabilitas lateral
yang baik agar mendukung gerakan samping yang cepat seperti dribel atau smash.
Pilihan lain seperti sepatu
trail atau cross-training juga punya karakteristik unik. Sepatu trail
dilengkapi sol beralur kasar dan material tahan air untuk medan tidak rata,
tanah, atau batu. Sementara sepatu cross-training biasanya menawarkan
keseimbangan antara bantalan dan stabilitas agar cocok untuk berbagai gerakan
intens di gym, termasuk lompat, squat, ataupun sprint pendek.
2.
Ukur
Kaki secara Detail dan Cek Kesesuaian Ukuran
Memastikan sepatu betulbetul
pas di kaki dimulai dari pengukuran yang benar. Ukur panjang dan lebar kaki
secara menyeluruh, gunakan teknik sederhana dengan kertas, pensil, dan
penggaris. Tempatkan kaki di atas kertas, garis batasnya dari tumit hingga
ujung jari, lalu ukur panjangnya. Pastikan pula
mengukur kedua kaki, karena biasanya satu kaki bisa sedikit lebih besar, pilih
ukuran berdasarkan kaki terpanjang atau terlebar. Waktu
pengukuran juga penting, sebaiknya dilakukan di sore atau malam hari ketika
kaki sudah sedikit membengkak akibat aktivitas seharian, tujuan utamanya agar sepatu tidak terasa
sempit saat digunakan berolahraga. Kenakan juga
kaus kaki yang biasa digunakan saat berolahraga agar ukuran lebih akurat. Langkah
ini sangat krusial untuk mencegah lecet, cedera tumit, atau masalah pada
punggung dan lutut.
3.
Perhatikan
Material Upper dan Bantalan (Midsole)
Material upper dan komposisi bantalan
pada midsole adalah faktor krusial yang menentukan kenyamanan, daya tahan,
serta perlindungan cedera. Berikut penjelasan lengkapnya:
a). Material Upper
Material upper harus ringan,
fleksibel, serta memiliki sirkulasi udara baik. Beberapa jenis umum yang banyak
ditemukan:
Mesh atau knit (seperti engineered mesh,
Flyknit, Primeknit): bahan ini memberikan ventilasi optimal, ringan, dan cukup
elastis menyesuaikan bentuk kaki. Banyak sepatu lari dan training modern
memanfaatkan teknik rajut ini untuk kenyamanan maksimal
Kulit atau sintetis tahan lama lebih cocok untuk
aktivitas outdoor atau lapangan, kaya akan dukungan dan tahan terhadap benturan
(abrasion resistance) meskipun biasanya agak lebih berat.
Material waterproof (contoh: GORETEX) cocok untuk perangkat
keras yang sering dipakai di kondisi hujan atau permukaan basah.
b). Bantalan (Midsole)
Midsole adalah kunci dalam menyerap
benturan dan mengembalikan energi langkah. Material umumnya:
Menurut sebuah studi,
midsole berbahan PU foam (jenis bantalan premium) mampu menyerap energi hingga
3037% lebih efektif dibanding EVA/TPU standar, artinya benturan ke persendian
bisa jauh berkurang. Dengan
mempelajari kombinasi bahan upper dan jenis midsole, Anda bisa memilih sepatu
yang tidak hanya pas di kaki, tetapi juga efektif meredam benturan, menjaga
kaki tetap kering, dan cocok untuk jenis olahraga yang dilakukan. Sehingga
kemungkinan cedera seperti plantar fasciitis, shin splints, atau nyeri tumit
dapat diminimalkan.
4.
Perhatikan
Outsole, Kestabilan, dan Kontrol Gerakan
Setelah bahas bahan bagian atas dan
bantalan yang menyerap benturan, langkah berikutnya adalah memperhatikan outsole (sol luar),
struktur kestabilan sepatu, dan cara sepatu mengontrol gerakan kaki.
a). Outsole (Traksi & Daya Tahan)
Outsole sepatu dibuat dari
bahan seperti karet karbon, EVA, atau TPU, masing-masing memiliki keunggulan
sendiri. Karet karbon terkenal kuat dan tahan aus, cocok untuk digunakan di
jalan beton atau trotoar, sekaligus memberikan cengkeraman kuat di berbagai
kondisi permukaan, termasuk saat basah . Sementara, EVA
atau TPU lebih ringan dan fleksibel, cocok untuk lari jarak jauh di permukaan
halus. Pola tapak atau tread outsole juga penting, tapak halus untuk permukaan
datar, dan lug kasar untuk medan trail atau licin.
b). Lateral stiffness (Stabilitas
Samping)
Stabilitas sepatu bukan
hanya soal bantalan; sepatu pun harus cukup kaku terhadap torsi lateral
(twist), terutama ketika kamu melakukan gerakan mendadak atau lateral shift.
Studi pada militer menunjukkan bahwa sepatu dengan tingkat kekakuan lateral
yang sedang dapat mengurangi risiko cedera ekstremitas bawah hingga hampir 50%
dalam waktu 9 minggu penggunaan . Sepatu yang terlalu fleksibel
berpotensi menyebabkan kaki berputar berlebihan, sedangkan yang terlalu kaku
malah membatasi gerakan alami dan menimbulkan tekanan berlebih pada struktur
kaki.
c). Kontrol Pronasi &
Supinasi
Pronation (roll in) dan supination
(roll out) adalah gerakan alami kaki saat berjalan atau berlari, tetapi jika
terjadi berlebihan dapat menyebabkan cedera. Sepatu dengan fitur stability
memiliki bantalan ganda atau post medial untuk membantu mengendalikan
overpronation, cocok untuk pemilik kaki datar atau yang cenderung bergulir ke
dalam. Sebaliknya, supinasi (kulit kaki naik) membutuhkan bantalan yang
responsif serta midsole yang mampu membentuk kelenturan alami kaki . Jika gerakan pronasi ekstrem, motion-control shoes versi lebih
kaku lagi bisa jadi pilihan.
d). Fleksibilitas sol
Outsole juga harus fleksibel pada
titik engsel alami kaki (biasanya di bawah jari kaki), agar gerakan berjalan
atau berlari terasa natural. Sepatu yang terlalu kaku di bagian ini akan
menghambat stride dan meningkatkan tekanan pada lutut atau punggung bawah.
5.
Lakukan
Uji Coba dan Evaluasi Performa Sepatu
Setelah menyisir aspek teknis seperti
bahan, bantalan, dan stabilitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba nyata
sebelum memutuskan membeli. Meraba sepatu saja tidak cukup. Anda perlu
merasakan bagaimana sepatu tersebut bekerja saat tubuh bergerak. Pertama,
kenakan sepatu di akhir hari (sore atau malam), karena saat itulah kaki
cenderung membengkak setelah beraktivitas. Tambahkan kaus kaki olahraga yang
biasanya Anda gunakan agar simulasi kenyamanan lebih akurat. Cobalah berjalan,
berlari ringan, bahkan lompat-lompat pendek jika memungkinkan, untuk mengecek
apakah sepatu terasa menguncang atau pas di kaki. Kedua,
perhatikan kapan pun saat mencoba:
Ketiga, gunakan test fit yang
sistematis berjalan atau jogging beberapa menit di dalam toko atau jalur pendek
di sekitar, bukan hanya melangkah beberapa langkah di etalase. Respons sepatu terhadap gerakan mendadak, belokan, atau
perubahan kecepatan akan memberi gambaran real tentang performa dan stabilitas.
Sebuah studi yang dilakukan oleh BOA menyimpulkan bahwa sepatu dengan performance fit yang
akurat yakni tapak kaki terkunci sempurna di dalam sepatu meningkatkan
kelincahan, efisiensi energi, dan kontrol arah saat bergerak intens. Dengan
demikian, menguji sepatu sebelum membeli adalah cara paling efektif untuk
memastikan sepatu tersebut mendukung aktivitas olahragamu baik dari segi
kenyamanan, stabilitas, maupun potensi pencegahan cedera.
Memilih sepatu olahraga yang tepat
jauh lebih dari sekadar memutuskan warna atau merek favorit. Dari awal, Anda
sudah mulai dengan memahami jenis olahraga yang dilakukan,
melanjutkan ke pengukuran yang akurat, serta memastikan material, bantalan,
dan stabilitas sepatu mendukung aktivitas fisik Anda agar
cedera bisa dicegah. Setelah itu, melalui uji coba langsung
seperti berjalan, berlari ringan, atau bergerak aktif, Anda dapat memastikan
bahwa sepatu tersebut benar-benar terasa nyaman dan kompatibel dengan gerakan
tubuh. Pada intinya, sepatu olahraga bertindak sebagai fondasi stabil dan
pelindung pada setiap langkah. Menurut Run United, penggunaan sepatu yang
sesuai dapat meningkatkan performa, memperbaiki mekanika tubuh, dan
memaksimalkan transfer energi selama aktivitas, sementara ketidaksesuaian
sepatu bisa menyebabkan tekanan berlebihan dan cedera berulang. Prinsip
orthopaedic juga menegaskan bahwa sepatu yang pas dan tahan lama bukan hanya
soal ukuran, tetapi juga penguncian tumit, ruang toebox, dan bahan yang sesuai
dengan anatomi kaki untuk mencegah masalah seperti shin splints, plantar
fasciitis, atau nyeri punggung bawah.